Etika,
Dedikasi, dan Semangat Organisasi Santri Darus Sunnah
reported by: Faiz Nashrulloh Al Hakim. Pondok
Pesantren Darus Sunnah kembali mengadakan kegiatan tahunannya, Mustahsan. Malam
ini, merupakan acara pra mustahsan yang dihadiri oleh IHNA dan as-Syufah
sendiri selaku panitia penyelanggara.
Untuk
acara pra mustahsan ini, diadakan pelatihan seputar keorganisasian dengan
menghadirkan dua orang Alumni yang memilki kredibiltas cukup mumpuni yang
dibuktikan dengan biodata mereka.
Ahmad
Fahri Aziz atau yang lebih akrab disapa kang Afa yang merupakan ketua
angkatan “Antabena” menjadi pemateri pertama untuk sesi pra mustahsan pada
tahun ini. Pria kelahiran Kudus, 18 Desember 1991 ini yang juga merupakan
alumni Pesantren Darus Sunnah banyak mengikuti organisasi dan bergelut hingga
tingkat nasinal. Sebut saja salah satunya ITLA, yaitu organisasi yang mewadahi anak-anak
jurusan Bahasa Arab se-Indonesia. Ditengah-tengah kesibukannya sebagai
Mahasntri Darus Sunnah, beliau merupakan ketua organisasi tersebut.
Beliau
membuka kembali ingatan dan memperkenalkan ulang sosok Pak Kyai pada
awal pembicarannya. Apa yang pemateri pertama utarakan ini, seakan-akan mencoba
meneguhkan sosok Pak Kyai untuk menjadi contoh dalam bertindak.
Bagaimana tidak, seorang Pak Kyai yang bergelut dibidang akademis hingga
meraih gelar profesor dalam bidang hadis, juga merupakan seorang tokoh
organisatoris. Hal itu terbukti dengan beberapa posisi penting di kancah
nasional yang beliau duduki, seperti RAIS PBNU, dan Komisi Fatwa MUI Pusat.
Selain itu, beliau juga seorang yang produktif dalam hal tulis menulis dengan
dibuktikannya melalui karya-karya yang cukup banyak.
Beliau
meneguhkan bahwa, keikutsertaan kita dalam berorganisasi merupakan suatu bentuk
latihan dan persiapan untuk diterapkan di masyarakat kelak. Belajar saja tidak
cukup, karena suatu saat ketika kita hidup dalam masyarakat kita akan dituntut
banyak hal. Hal ini, hanya akan didapatkan dalam sebuah organisasi. Bagaiman kita
membuat proposal, tor dan lain sebagainya akan diperoleh dengan berorganisasi.
Secara
lebih khusus, kang Afa menyinggun tentang pengakaderan di Pesantren
Darus Sunnah yang meliputi beberapa tahapan sebagai berikut:
1.
Semester
1 = Orientasi
2.
Semester
2 = Mengurus Kursus Bahasa dan Sanram
3.
Semester
3 = Panitia Mustahsan
4.
Semester
4 = Panitia SPMB
5.
Semester
5 = BPH ISDAR dan LSO
6.
Semester
6 = Panitia Wisuda
Tahapan
diatas merupakan langkah pengajaran organisasi Pondok kepada Mahasantrinya.
Beliau melanjutkan dengan memaparkan definisi organisasi, yaitu
suatu perkumpulan orang – orang yang memiliki visi dan misi yang sama. Oleh
karena itu, kata beliau setiap anggota suatu organisasi tidak boleh memiliki
pandangan yang berbeda. Ketika ada perbedaan maka harus segera disamakan agar
dapat berjalan beriringan dengan baik.
Selain itu, hal penting yang juga perlu dimiliki oleh anggota suatu
organisasi adalah Sense of Belonging (rasa memiliki). Ketika seorang
memiliki rasa memiliki maka ia akan totalitas dalam bekerja. Kemampuan kerja
tim juga merupakan hal yang beliau katakan harus dimiliki dalam berorganisasi.
Hal penting lain adalah rasa tanggung jawab, karena ketika seseorang merasa
memiliki tanggungjawab akan menumbuhkan sikap bahwa dirinya penting dan
dibutuhkan dalam organisasinya. Sehingga dia sadar bahwa dirinya harus
memberikan kontribusi pada organisasi yang diikutinya.
Satu hal yang tidak boleh dilupakan oleh pemimpin sebuah organisasi
adalah Gratifikasi. Ketika anggotany telah memberikan kontribusi maksimal
dalam menjalankan tugas-tugasnya, maka seorang pemimpin harus memberika reward
kepada mereka.
Pemateri berikutnya adalah M. Fahmi Saifuddin. Tapi karena beliau
adalah orang sunda dan susah ngomong Saifuddin, maka jadilah Saepuddin. Beliau pun
lebih akrab disapa kang Aep.Pri kelahiran Majalengka 14 Desember 1992
ini memberikan materi tentang Paradigma Organisasi. Sementar, kang
Afa ketua ITLA, kang Aep adalah sekretarisnya, cucok.
Agaknya arah tujuannya beliau menekankan betapa pentinyang
seseorang berorganisasi. Paradigma yang mungkin ingin beliau sampaikan adalah
kesalahan jika menganggap berorganisasi tidak penting dan menganggu kuliah.
Terkait ini beliau pun memiliki motto Bekerja keraslah karena hanya yang
keras yang mampu bekerja, makasudnya ... ???
Hanya sedikit materi yang terangkum dari penjelasan beliau, bahwa
seorang organisatoris harus mampu membagi waktu. Ketika seseorang terjun dalam
organisasi maka harus bersiap dengan segala konsekuensinya. Namun, hal yang
perlu dicontoh dari beliau adalah meskipun sibuk dengan berbagai macam urusan
organisasi, ngaji di pondok adalah suatu hal yang utama dan tidak dapat
ditinggalkan.
![]() |
Peserta Mustahsan |
![]() |
Obrolan Mustahsan |
![]() |
Penyerahan Cineram Mata untuk Pemateri |
SOCIALIZE IT →