Posted by
Fera Rahmatun nazilah
Pernahkan
kalian mengisyaratkan persetujuan dengan mengacungkan jempol? Pernahkah kalian
tersenyum kepada orang yang baru dikenal? Atau pernahkah kalian memberhentikan
angkutan umum dengan cara melambaikan tangan? Nah, kalau merasa pernah atau
bahkan sering berarti kalian berkomunikasi nonverbal dengan menggunakan isyarat
dan simbol-simbol.
Terdapat dua cara komunikasi yang
digunakan manusia, yaitu verbal dan nonverbal. Komunikasi verbal yaitu
komunikasi menggunakan lisan atau tulisan, sedangkan komunikasi nonverbal
merupakan komunikasi menggunakan simbol-simbol, ekspresi wajah, gerakan tubuh,
keadaan suatu tempat dan lain-lain.
Dan menurut
para ahli komunikasi justru komunikasi nonverbal 75% lebih terpercaya
dibandingkan dengan komunikasi verbal. Orang lebih mempercayai komunikasi nonverbal
karena lisan bisa saja berbohong dan tulisan bisa saja direkayasa, tetapi orang
biasanya menunjukkan keadaan yang sesungguhnya saat mengungkapkan komunikasi
non verbal.
Tahukan
kalian bahwa simbol-simbol komunikasi nonverbal yang sering kita gunakan
ternyata memiliki makna yang berbeda-beda?
1.
Budaya memberikan tip atau uang tambahan kepada orang
yang telah memberikan pelayanan terbaik
Bagi orang-orang Eropa dan Amerika memberikan
tip adalah hal yang wajar dan malah dipandang patut dilakukan karena menjadi
kebiasaan setempat. Sedangkan pemberian tip di Jepang dianggap sebagai
penghinaan atau melecehkan status sosial orang yang diberi, hal itu bisa
melukai perasaan. Nah, jadi kalau kalian berkunjung ke Jepang jangan
sekali-kali memberi tip karena mereka akan tersinggung.
2.
Tersenyum pada orang asing
Di Indonesia senyum adalah bentuk
keramahan dan tegur sama yang khas, sedangkan di Rusia senyuman kepada orang
lain bertanda saling suka atau mencintainya. Maka dari itu, jangan heran yah
apabila mereka seringkali terlihat cuek, karena senyumannya hanya untuk orang
yang disukai atau dicintainya, hihi
3.
Menyisakan makanan saat jamuan makan.
Di Indonesia tamu yang tidak
menghabiskan jamuan makan yang diberikan oleh tuan rumah dianggap tidak sopan
atau bahkan menyinggung. Orang Madura dan batak bahkan menganggap penolakan
tawaran makan sebagai penghinaan. Namun sebaliknya, di negeri China tradisi
menghabiskan makanan di piring dipandang tidak sopan dan tidak patut karena
dianggap sebagai penghinaan bahwa tuan rumah tidak mampu memberikan jamuan
makan yang lebih bagi tamunya.
4.
Menyembunyikan tangan saat berbincang dengan lawan
bicara.
Terkadang ketika berkomunikasi sambil
berdiri kita memasukkan tangan kita ke dalam kantung, entah karena gugup,
kebiasaan atau karena tak menyadari. Namun di Jerman, kebiasaan menyembunyikan
tangan ke dalam kantung saat berbicara dianggap tidak sopan atau tidak
menghormati lawan bicara. Begitu pula ketika sedang berada dalam jamuan makan,
hendaknya meletakkan tangan di atas meja makan dan bukan menyembunyikannya di
bawah meja.
5.
Melambaikan tangan ketika memberhentikan kendaraan
umum
Masyarakat Indonesia biasanya
melambaikan tangan ketika hendak menyewa taksi, memberhentikan bus atau menaiki
angkutan umum lainnya. Namun di Korea Selatan, menyewa kendaraan umum dengan
cara melambaikan tangan dianggap tidak sopan karena lambaian tangan di sana
adalah tanda memanggil anjing peliharaan.
6.
Mengacungkan jempol.
Kita sering mengisyaratkan
persetujuan dengan mengacungkan jempol dengan maksud berkata setuju atau oke.
Namun, di Iran, Italia, Afganistan dan Yunani mengacungkan jempol merupakan
bentuk terserah atau pengabaian. Jadi, jangan heran apabila mereka mengacungkan
jempol namun bersikap tak acuh ya. :D
7.
Menyatakan persetujuan atau ok dengan membulatkan ibu
jari dan telunjuk
Di Indonesia membulatkan ibu jari dan
telunjuk juga bermakna oke atau setuju. Namun di Turki dan Yunani isyarat itu
bermakna persetujuan untuk sesuatu yang vulgar. Wah berbeda jauh ya.
Ternyata setiap simbol dan budaya di
setiap negara berbeda-beda yah, hal yang menurut masyarakat Indonesia merupakan
keramahan belum tentu bermakna sama di negara lain. Atau isyarat yang bermakna
positif di Indonesia belum tentu dimaknai dengan makna yang positif di negara
lain. Hal itu merupakan salah satu kekurangan dari komunikasi nonverbal yang
maknanya terbatas.
Tetapi terlepas dari itu semua yuk
kita perluas lagi ilmu dan pengetahuan kita supaya tidak salah dalam bersikap. J
Referensi : Antropologi Agama (Prof. Dr. Rusmin Tumanggor, MA
dan Kholis Ridho, M. Si)
SOCIALIZE IT →