Rabu, 07 Oktober 2015

Musuh dalam Berargumen, Berjalan Beriringan Memajukan Pesantren

Posted By: Unknown - 10.17
Tiga Orang Presidium setelah pergantian
Pimpinan Sidang
reported by: Faiz Nashrulloh Al Hakim. Kitab ditutup. Closing Statemen pengajian malam ini telah didengungkan oleh petugas dan menandai berkahhirnya kegiatan mudzakarah kali ini. Mendadak ramai oleh suasana santri yang berhamburan keluar dari ruang belajarnya. Sebagian menuju ke kamarnya, sebagian lain ada yang menyusuri dinginnya malam dengan langkahan kaki untuk mencari warung-warun yang masih buka. Memenuhi hak perut akan dikatakan atau dinilai ibadah ketika memang diniatkan agar seseorang kuat dalam menjalankan ibadah.

Agenda baru semester ini yang baru berjalan beberapa sesi telah menanti para santri. Tak lama setelah selesainya mudzakarah, nampak dari arah gerbang penjara suci, para santri putri yang hendak menuju ke lokasi. Bergerombol mereka berdatangan. Kalau nampak mereka mengenakan kerudung berwarna merah, maka itu tandanya panitia. Jika terlihat mereka mengenakan pakaian bebas itu tandanya ia peserta. Jarak yang pendek dari pintu gerbang ke lokasi sidang yang tak terlalu jauh membuat mereka cepat sampai. Memasuki ruangan dan duduk rapi menanti dibukanya acara malam ini.

Dari arah lain, terlihat pula santri putra mulai turun dan menyambangi masjid yang dipilih sebagai tempat berlangsungnya acara yang kemungkinan akan berjalan berminggu-minggu ini. Nampak tiga orang duduk di depan mengenakan jas hitam berlogo pesantren, Darus Sunnah. Dua orang mengakan peci hitam karena ia laki-laki dan satu orang disisi sebelah selatan berkerudung merah karena ia perempuan, hehe. Masjid yang tadinya lengang kini sudah mulai padat dengan kehadiran peserta sidang. Mereka bervariasi. Ada yang berpeci, ada yang menganakan sarung, ada yang hanya mengenakan kaos (mungkin udara baginya panas). Namun, dengan kondisi yang sedemikian itu, membuat suasana semakain terasa berwarna-warni.

Seorang yang ditengah dari tiga orang yang berada di depan mengangkat tangan kananya sambil memegang palu. Plak .... Sontak ia menjatuhkan tangannya bersamaan dengan benda yang dipegang. Hal itu menandakan bahwa Mustahsan telah dimulai. Pada mulanya, sidang berjalan tanpa adanya instrupsi. Namun, tidak perlu waktu lama untuk menunggu keramaian dalam sidang (baca: banyak intrupsi). Alot. Kekeh. Masing-masing peserta yang mengajukan argumen membuat suasana semakin riuh.
Suasana semakin memanas. Salah seorang peserta hingga melontarkan asumsi bahwa pimpinan sidang pertama nampaknya mulai lelah. Sebagian peserta yang juga didukung oleh beberapa peserta yang lain mengajukan permintaan pergantian pimpinan sidang. Bahkan, salah seorang peserta melempar perkataan yang lumayan vulgar, bahwa terlalu membosankan jika selama berhari-hari hanya melihat presidium sidang yang itu-itu saja, hehehe

Kesepakatan forum terbentuk, dengan keputusan pergantian pimpinan sidang satu kepimpinan sidang dua. Suasana riuh sejenak untuk kemudian para peserta sidang berkonsentrasi kembali dengan draft mustahsan.  Suasana malam yang semestinya terasa dingin karena memang sebelumnya baru saja turun hujan, nampaknya tidak berlaku bagi kami yang sedang asik menikmati suguhan debat argumen. Musuh dalam berargumen, saudara dalam ukhuwah, berjalan beriringan membangun pondok lebih maju. Mencari kesepakatan untuk membawa pondok ini semakin jaya dan berkembang.


Teng ... Pukul 11.00. Suasana diluar pun sudah sepi. Bersamaan dengan itu, berakhir pula agenda malam ini yang sangat heroik, hehe lebay. Pertanda berakhirnya mustahsan semakin terang saat presidium memukulkan palunya. Akhir acara ini ditutup dengan penulisan beberapa usulan yang belum sempat terbahas. 

About Unknown

IHNA adalah singkatan dari Ittihadu Marhalatina. IHNA adalah nama sebuah angkatan mahasantri di Pondok Pesantren Darus Sunnah yang diasuh oleh Prof. Dr. KH. Ali Mustafa Ya'kub, MA.

0 komentar:

Posting Komentar

Ads

Iklan Murah Meriah

Copyright © 2015 All Rights Reserved

Designed by Templatezy