![]() |
Tiga Orang Presidium setelah pergantian Pimpinan Sidang |
reported by:
Faiz Nashrulloh Al Hakim. Kitab ditutup.
Closing Statemen pengajian malam ini telah didengungkan oleh petugas dan
menandai berkahhirnya kegiatan mudzakarah kali ini. Mendadak ramai oleh suasana
santri yang berhamburan keluar dari ruang belajarnya. Sebagian menuju ke kamarnya,
sebagian lain ada yang menyusuri dinginnya malam dengan langkahan kaki untuk
mencari warung-warun yang masih buka. Memenuhi hak perut akan dikatakan atau
dinilai ibadah ketika memang diniatkan agar seseorang kuat dalam menjalankan
ibadah.
Agenda baru
semester ini yang baru berjalan beberapa sesi telah menanti para santri. Tak
lama setelah selesainya mudzakarah, nampak dari arah gerbang penjara suci, para
santri putri yang hendak menuju ke lokasi. Bergerombol mereka berdatangan. Kalau
nampak mereka mengenakan kerudung berwarna merah, maka itu tandanya panitia.
Jika terlihat mereka mengenakan pakaian bebas itu tandanya ia peserta. Jarak
yang pendek dari pintu gerbang ke lokasi sidang yang tak terlalu jauh membuat
mereka cepat sampai. Memasuki ruangan dan duduk rapi menanti dibukanya acara
malam ini.
Dari arah lain,
terlihat pula santri putra mulai turun dan menyambangi masjid yang dipilih
sebagai tempat berlangsungnya acara yang kemungkinan akan berjalan
berminggu-minggu ini. Nampak tiga orang duduk di depan mengenakan jas hitam
berlogo pesantren, Darus Sunnah. Dua orang mengakan peci hitam karena ia
laki-laki dan satu orang disisi sebelah selatan berkerudung merah karena ia
perempuan, hehe. Masjid yang tadinya lengang kini sudah mulai padat dengan
kehadiran peserta sidang. Mereka bervariasi. Ada yang berpeci, ada yang
menganakan sarung, ada yang hanya mengenakan kaos (mungkin udara baginya
panas). Namun, dengan kondisi yang sedemikian itu, membuat suasana semakain
terasa berwarna-warni.
Seorang yang
ditengah dari tiga orang yang berada di depan mengangkat tangan kananya sambil
memegang palu. Plak .... Sontak ia menjatuhkan tangannya bersamaan dengan benda
yang dipegang. Hal itu menandakan bahwa Mustahsan telah dimulai. Pada
mulanya, sidang berjalan tanpa adanya instrupsi. Namun, tidak perlu waktu lama
untuk menunggu keramaian dalam sidang (baca: banyak intrupsi). Alot. Kekeh.
Masing-masing peserta yang mengajukan argumen membuat suasana semakin riuh.
Suasana semakin
memanas. Salah seorang peserta hingga melontarkan asumsi bahwa pimpinan sidang
pertama nampaknya mulai lelah. Sebagian peserta yang juga didukung oleh beberapa
peserta yang lain mengajukan permintaan pergantian pimpinan sidang. Bahkan,
salah seorang peserta melempar perkataan yang lumayan vulgar, bahwa
terlalu membosankan jika selama berhari-hari hanya melihat presidium sidang
yang itu-itu saja, hehehe
Kesepakatan
forum terbentuk, dengan keputusan pergantian pimpinan sidang satu kepimpinan
sidang dua. Suasana riuh sejenak untuk kemudian para peserta sidang berkonsentrasi
kembali dengan draft mustahsan. Suasana
malam yang semestinya terasa dingin karena memang sebelumnya baru saja turun
hujan, nampaknya tidak berlaku bagi kami yang sedang asik menikmati suguhan
debat argumen. Musuh dalam berargumen, saudara dalam ukhuwah, berjalan
beriringan membangun pondok lebih maju. Mencari kesepakatan untuk membawa
pondok ini semakin jaya dan berkembang.
Teng ... Pukul
11.00. Suasana diluar pun sudah sepi. Bersamaan dengan itu, berakhir pula agenda
malam ini yang sangat heroik, hehe lebay. Pertanda berakhirnya mustahsan
semakin terang saat presidium memukulkan palunya. Akhir acara ini ditutup
dengan penulisan beberapa usulan yang belum sempat terbahas.
SOCIALIZE IT →