Oleh :
Diki Ramdani
Puasa (Arab: shaum), secara etimologi shaum
adalah al-Imsak, yang berarti menahan. Imam Syamsudin al-Qurtubi (w:671
H) dalam tafsirnya al-Jami’ li ahkam al-Qur’an, mendefinisikan bahwa shaum itu menahan
diri hal-hal yang dapat membatalkannya dan disertai dengan niat, dari mulai
terbit fajar sampai terbenam matahari, sementara puasa menjadi sempurna dengan menjahui
larangan-larangan Allah Swt[1]. Maka bulan Ramadhan merupakan
manifestasi pelatihan diri agar kita mampu menahan diri dari hawa nafsu dan
hal-hal yang diharamkan-Nya.
Allah Swt berfirman dalam surat
al-Baqarah ayat:183
يٰآيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا كُتِبَ عَلَيْكُمُ
الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِيْنَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُوْنَ
( البقرة:158)
Artinya
:
“Wahai
orang-orang yang beriman diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana
diwajibkannya berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu
agar kamu bertakwa”
Dari ayat ini dapat kita ketahui bahwa
tujuan dari puasa adalah menjadi
orang yang bertakwa. Kata تتّقون merupakan bentuk fi’il mudhari’ yang menunjukkan masa sekarang dan yang akan
datang, oleh karena itu puasa merupakan momentum penggemblengan diri dan
peningkatan mutu spiritual sehingga bisa menghasilkan ketakwaan yang terus-menerus. Di antara ciri-ciri orang yang
bertakwa sebagaimana Allah Swt
sebutkan dalam surat Alu-‘Imran ayat : 134
الَّذِينَ يُنْفِقُونَ فِي
السَّرَّاءِ وَالضَّرَّاءِ وَالْكَاظِمِينَ الْغَيْظَ وَالْعَافِينَ عَنِ النَّاسِ
وَاللَّهُ يُحِبُّ الْمُحْسِنِينَ (134)
Artinya
:
“Yaitu
orang-orang yang menginfakan hartanya, baik diwaktu lapang maupun sempit, dan
orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan kesalahan orang lain. Dan
Allah mencintai orang-orang yang berbuat kebaikan”
Kandungan ayat ini menjelaskan
sebagian karateristik orang yang bertakwa, yaitu orang-orang selalu menginfakan
hartanya, hal ini tentunya telah dicontohkan oleh Nabi Muhammad Saw melalui kedermawananannya dan kepeduliannya kepada
rakyat kecil, apalagi ketika memasuki bulan Ramadhan, Nabi Saw lebih dermawan dari
bulan-bulan lainnya,[2] sebagaimana yang digambarkan oleh sahabat ‘Abdullah bin
‘Abbas dalam hadis Shahih yang diriwayatkan oleh al-Imam al-Bukhari,
bahwa kedermawanan Nabi Saw pada bulan Ramadhan bagaikan angin yang yang
kencang (al-rih al-mursalah)[3].
Dari
sini dapat kita ketahui bahwa di dalam
puasa tersirat pelatihan
dan pendidikan, salah satunya ialah
pendidikan kepedulian sosial. Orang yang berpuasa tidak makan dan juga tidak
minum seharian, seyogianya ia bisa mentafakuri rasanya menjadi orang-orang
kelas bawah yang hidupnya serba kekurangan dan kesulitan, bahkan hanya untuk
menadapatkan sesuap nasi, dengan berpuasa, maka terbangunlah rasa kepedulian
terhadap sesama, lalu ia infakan sebagian hartanya untuk orang-orang yang
kurang mampu.
Orang yang berpuasa juga harus menjaga hawa nafsunya, menjaga
dari perkataan yang dapat menyakiti
hati orang lain, mencaci, menghina, berdusta dan kalam
al-zur yang lainnya. Sebagaimana yang tercatat dalam Hadis Nabi Saw dari Abu Hurairah yang
diriwayatkan oleh al-Imam al-Bukhari:
وَالصِّيَامُ جُنَّةٌ، وَإِذَا
كَانَ يَوْمُ صَوْمِ أَحَدِكُمْ فَلاَ يَرْفُثْ وَلاَ يَصْخَبْ، فَإِنْ سَابَّهُ
أَحَدٌ، أَوْ قَاتَلَهُ فَلْيَقُلْ إِنِّى امْرُؤٌ صَائِمٌ.
Artinya
:
“puasa
adalah benteng, apabila salah seorang kalian sedang berpuasa maka hendaknya
tidak berkata kotor dan membangkang. Jika ada orang yang mengajaknya bertengkar
atau mencacinya, maka hendaknya ia katakan, ‘sesungguhnya aku sedang berpuasa.’[4]
Mengenai hadis di atas, Imam Syihabudin
rahimahullah (w.923 H) mengutip pendapat al-Imam al-Nawawi (w.676 H) rahimahullah,
orang yang berpuasa itu apabila ada orang yang mencacinya dan mengajaknya
bertengkar hendaknya ia mengatakan ‘sesungguhnya aku sedang berpuasa’ dengan
lisannya karena hal itu lebih menguatkan, jika dibarengi di dalam hatinya maka
hal itu lebih baik pula[5]
Dari hadis di atas, terdapat dua pendidikan dari puasa:
1.
orang yang berpuasa itu harus lebih berhati-hati dalam
berkata, jangan sampai keluar perkataan kotor dari mulutnya seperti berdusta,
menghina orang lain, membicarakan ‘aib saudaranya dan lain sebagainya
dan perkataan yang dapat membuat hati orang terskiti, sehingga setelah ia
berpuasa dan seterusnya ia terbiasa menjaga perkataannya dari hal-hal buruk tersebut.
Dari sinilah orang yang berpuasa itu dilatih dan didik untuk selalu
memperhatikan keadaan sosial, agar ia tidak hancur disebabkan oleh perkataanya.
Karena perkataan itu bisa membuat persahabatan dan persaudaraan
menjadi hancur jika tidak hati-hati dalam menjaganya. Sebuah pepatah mengatakan
:
رُبَّ لَفْظَةٍ أَفْقَدَتِ
الصُّحْبَةَ وَالْإِخَاءَ
“tidak
sedikit dari ucapan yang membuat hancur persahabatan dan persaudaraan”
2.
orang yang berpuasa itu dilatih dan
dididik untuk selalu sabar, apabila ada orang
yang mencacinya. Sikap sabar ini selalu dicontohkan oleh Nabi Saw, terutama dalam
menjalankan dakwahnya, beliau selalu
sabar dan tidak pernah membalas
dendam kepada orang yang mencacinya. Sikap kedua ini pula sebagaimana yang
disebutkan dalam ayat di atas
tentang karakteristik orang-orang yang bertakwa yaitu “orang-orang yang
senantiasa menahan amarahnya dan memaafkan kesalahan orang lain.”
Apabila poin-poin diatas menjadi
target orang yang berpuasa, tentu keadaan sosial akan semakin harmonis dan sejahtera.
Bagaimana tidak? Setiap orang saling berbagi, orang kaya membantu yang miskin, tetangga membantu tetangganya yang lain,
saling berbagi, saling memaafkan satu sama lain dan menjaga ucapannya
masing-masing. Semua hal itu telah diajarankan oleh Islam, salah satunya
melalui ibadah puasa.
Selamat
menunaikan ibadah puasa ramadhan 1437 H
Semoga kita bisa menjadi lebih
baik dari sebelumnya, diberkahi dan diridoi oleh Allah Swt. Amiin
[1] Imam Syamsudin
al-Qurtubi, al-Jami’ li ahkam al-Qur’an, (Kairo: Dar al-Kutub
al-Mishriyah, 1384 H) Jilid 2, hal 273
[2] Ali Mustafa Yakub, Islam Is Not Only For Muslims, (Tangerang
Selatan:Maktabah Darus-Sunnah, 1347 H) hal:78
[5] Imam Syihabudin
al-Qasthalani (w.923 H), Irsyad al-sari li syarh shahih al-Bukhari, (Kairo:
al-Matba’ah al-kubra al-amiriyah, 1323 H) jilid 3, hal 354
SOCIALIZE IT →