Oleh : Fera Rahmatun Nazilah
Ketika kaum muslimin meraih kemenangan di perang khaibar pada 8
Hijriyah, seorang wanita yahudi datang kepada Rasulullah ﷺ untuk memberikan hadiah daging
domba bakar yang telah ditaburi racun. Ia hendak membalas dendam kepada
Rasulullah ﷺ atas kematian
ayah, paman, suami dan saudaranya pada perang khaibar. Ia berkata “Apabila Muhammad
benar-benar seorang nabi, maka tentu saja tuhannya akan menolongnya”.
Rasulullah ﷺ memakan
daging domba tersebut bersama Basyar bin Barra, setelah memakannya Basyar bin
Barra meninggal dunia, sedangkan Rasulullah ﷺ
diberikan mukjizat oleh Allah hingga beliau selamat.
Empat tahun berlalu setelah kemenangan perang khaibar. Suatu
ketika, Rasulullah ﷺ dilanda
sakit kepala yang amat dahsyat, namun beliau tetap berusaha mengimami shalat
magrib dengan membaca surat Al-Mursalat. Seusai shalat, Rasulullah ﷺ demam hingga tak mampu lagi mengimami
shalat, beliau pun berpesan agar Abu Bakar menggantikannya di shalat
selanjutnya.
Ketika itu Rasulullah ﷺ
beristirahat di rumah Maimunah, namun beliau selalu menanyakan kapan waktuya
tinggal di rumah Aisyah. Mengerti maksud Rasulullah ﷺ,
Maimunah bersama istri-istri Rasul yang lain kemudian menyerahkan waktu mereka
kepada Aisyah. Maka, selama kondisi Rasulullah ﷺ buruk, beliau tinggal di kediaman Aisyah.
Suatu hari, Rasulullah ﷺ memanggil Fathimah dan membisiki putrinya tersebut. Beliau
mengatakan bahwa tidak lama lagi ajal akan menjemputnya melalui sakit yang
dideritanya ini, mendengar ucapan itu, Fathimah menangis tersedu-sedu. Tetapi
kemudian ayahnya membisikinya sebuah kata lagi yang ketika mendengarnya
Fathimah tersenyum bahagia, beliau mengatakan bahwa Fathimah adalah keluarganya
yang akan segera menyusulnya menghadap Sang Pencipta.
Hari demi hari kondisi Rasulullah ﷺ semakin memburuk, beliau hanya terkulai lemah di rumah
Aisyah, selain sakit yang dideritanya, efek racun dalam daging domba yang
diberikan wanita yahudi empat tahun silam belum hilang dan rasa sakit dari
racun itu seakan-bisa membuat urat leher putus.
Berhari-hari kondisi Rasulullah ﷺbelum juga
membaik, para sahabat begitu rindu akan nasihat dan keberadaan Rasulullah ﷺ di tengah-tengah mereka. Maka, Rasulullah ﷺ meminta untuk dimandikan dengan air dari
tujuh bejana yang masih ditutup, beliau berharap kondisinya bisa membaik
sehingga mampu datang kepada umatnya. Setelah mandi, beliau meminta Abbas bin
Abdul Muthalib dan Ali bin Abi Thalib untuk memapahnya ke masjid, lalu
Rasulullah ﷺ shalat berjamaah di sana.
Seusai shalat, Rasulullah ﷺ naik ke mimbar dan berkhutbah, beliau berkata “Ada
seorang hamba yang diberikan pilihan oleh Allah, yaitu antara kehidupan dunia
dan akhirat, lalu hamba itu memilih akhirat, ia ingin bertemu dengan
kekasihnya, Allah SWT”. Mendengar ucapan beliau, Abu Bakar menyadari bahwa
yang dibicarakan Rasulullah ﷺ adalah dirinya
sendiri, dan ucapannya menandakan bahwa ajal Rasulullah ﷺ sudah semakin dekat, Abu Bakar tak kuasa menahan air matanya.
Senin di Rabiul Awwal; 11 Hijriyah, sakit yang diderita Rasulullah ﷺ semakin parah dan kondisinya semakin
kritis, lalu para sahabat berkumpul di rumah Aisyah. Fathimah tampak amat
bersedih seraya berkata “Alangkah parahnya sakit yang diderita engkau wahai ayahku”.
Rasulullah ﷺ kemudian memandang Fathimah seraya berkata
“Wahai anakku, setelah hari ini, ayahmu tidak akan pernah sakit lagi”.
Kepala Rasulullah ﷺ berada di pangkuan
Asiyah tatkala ajalnya semakin dekat. Beliau jatuh pingsan kemudian saat
tersadar, beliau mengalihkan pandangannya ke atap sambil mengucapkan “اللَّهُمَّ الرَّفِيقَ الْأَعْلَى” (Ya Allah, kekasih
yang MahaTinggi)
Mendengar ucapan tersebut, Aisyah teringat akan perkataan Rasulullah
ﷺ bahwa seorang nabi
tidak akan diwafatkan kecuali setelah diperlihatkan kepadanya kedudukannya di
surga nanti, kemudian ia dipersilahkan untuk memilih antara dunia atau akhirat.
Aisyah menyadari saat itu suami tercintanya sedang diberikan pilihan. Dari
ucapannya, beliau telah memilih untuk bertemu dengan kekasihnya dan tidak
memilih hidup lebih lama di dunia. Aisyah menahan tangisnya sambil menyandarkan
tubuh lemah Rasulullah ﷺ ke dadanya.
Abdullah bin Abu Bakar masuk ke rumah Aisyah sambil membawa siwak.
Rasulullah ﷺ pun memperhatikan Abdullah, Aisyah tahu
bahwa Rasulullah ﷺ sangat
suka bersiwak, “Maukah aku ambilkan siwak untukmu Ya Rasulallah? Ucap
Aisyah, Rasulullah ﷺ mengangguk,
namun ternyata siwak itu terlalu kasar, Aisyah pun melembutkan siwak itu dengan
menggigit-gigitnya lalu memberikannya lagi kepada Rasulullah ﷺ. Kemudian beliau bersiwak dengan sebaik-baiknya.
Setelah itu Rasulullah ﷺ
memasukkan tangannya ke dalam sebuah baskom berisi air yang berada di
sampingnya lalu mengusapkan wajahnya dengan air seraya berkata dengan suara
yang amat parau “Laa ilaaha illa Allah, sesungguhnya ada sekarat
dalam kematian” beliau mengangkat tangannya sambil berdoa “Fii rofiiqil
A’la”.
Tiba-tiba Aisyah merasakan kepala Rasulullah ﷺ memberat, urat-uratnya tegang, peluhnya mengucur deras, dan
nafasnya sesak, beliau hendak mengembalikan siwak itu kepada Aisyah, namun saat
menjulurkan tangannya, siwak itu terjatuh; tangan dan tubuh Rasulullah ﷺ melemas. Malaikat maut telah mencabut
nyawa kekasih Allah yang amat dicintai, seketika wangi harum menyebar di
ruangan itu, Rasulullah ﷺ menghembuskan
nafas terakhirnya di pelukan Aisyah, di antara dagu dan kerongkongannya.
Aisyah kemudian membaringkan jasad mulia itu sambil menahan
tangisnya. Dengan seketika, suara isak tangis pecah di ruangan tersebut, Fatimah
menangis seraya berkata “Wahai ayahku yang telah memenuhi panggilan Rabbnya,
wahai ayahku yang surga firdaus adalah tempat kembalinya.”
Kabar mengenai kematian Rasulullah ﷺ
menyebar dengan cepat ke setiap penjuru, Abu Bakar yang sedang berada di rumah
istrinya segera kembali ke Madinah dan menghampiri jasad Rasulullah ﷺ yang tertutup kain, dengan menguatkan
hati, Abu Bakar membuka kain tersebut, memeluk sosok yang terbaring itu, kemudian
menciumnya di antara kedua matanya seraya berkata “Wahai orang yang aku
cintai melebihi ayah dan ibuku, sesungguhnya engkau telah merasakan kematian
yang telah Allah tetapkan kepadamu, maka setelah ini kau tak akan merasakan
kematian lagi”
Kabar kematian Rasulullah ﷺ
membuat sekelompok pasukan yang ingin melaksanakan ekspedisi ke bagian utara
mengurungkan misinya dan kembali ke Madinah, di antara pasukan tersebut ada
Umar bin Khattab, ia tampak panik dan tidak mempercayai kabar tersebut, dengan
wajah penuh amarah ia mengangkat pedangnya tinggi-tinggi seraya berkata “Siapa
yang mengatakan Rasulullah ﷺ telah wafat?
bohong!” Barangsiapa yang mengatakan bahwa Rasulullah ﷺ telah wafat, maka akan aku tebas lehernya”. Mendengar
perkataan Umar, orang-orang kemudian terdiam, hingga datanglah Abu Bakar dan
menyuruh Umar duduk, namun Umar menolak. Melihat laki-laki keturunan Quraisy yang
sangat disegani itu datang, kaum muslimin pun memusatkan perhatian mereka
kepada Abu Bakar. Abu Bakar menguatkan hatinya, lalu di depan umat muslim ia memuji
Allah dan berkata “Wahai manusia, barangsiapa menyembah Muhammad maka
sesungguhnya Muhammad telah wafat, dan barangsiapa menyembah Allah, maka
sesungguhnya Allah itu MahaHidup dan tidak mati, kemudian ia membaca ayat :
$tBur î£JptèC wÎ) ×Aqßu ôs% ôMn=yz `ÏB Ï&Î#ö7s% ã@ß9$# 4 û'ïÎ*sùr& |N$¨B ÷rr& @ÏFè% ÷Läêö6n=s)R$# #n?tã öNä3Î6»s)ôãr& 4 `tBur ó=Î=s)Zt 4n?tã Ïmøt6É)tã `n=sù §ÛØt ©!$# $\«øx© 3 Ìôfuyur ª!$# tûïÌÅ6»¤±9$# ÇÊÍÍÈ
Muhammad
itu tidak lain hanyalah seorang rasul, sungguh telah berlalu sebelumnya
beberapa orang rasul. Apakah jika Dia wafat atau dibunuh kamu berbalik ke
belakang (murtad)? Barangsiapa yang berbalik ke belakang, Maka ia tidak dapat
mendatangkan mudharat kepada Allah sedikitpun, dan Allah akan memberi Balasan
kepada orang-orang yang bersyukur. (QS Ali Imran :144)
Orang-orang bagaikan lupa ingatan hingga tak menyadari bahwa ayat
itu telah diturunkan saat Abu Bakar membacakannya, kaum muslimin pun menangis
dan menyadari bahwa Rasulullah ﷺ hanyalah manusia dan
beliau pun wafat sebagaimana lainnya, kemudian mereka membaca ayat tersebut dan
mengulangnya lagi. Mendengar ayat tersebut, Umar bin Khattab begitu terkejut
hingga tubuhnya tersungkur ke tanah, kakinya gemetar dan tidak sanggup berdiri,
ia begitu mencintai Rasulullah ﷺ, namun kini ia
menyadari bahwa Rasulullah ﷺ telah meninggalkannya.
Di hari itu matahari tidak terlihat seperti biasanya, langit
bagaikan tertutup jubah kelabu, sore itu tenggelamnya matahari seakan membawa
seluruh cahaya di dunia. Dalam sekejap hati kaum muslimin bagaikan runtuh
tertimpa langit, di hari Senin saat Rasulullah ﷺ
dilahirkan; dunia bagaikan disinari cahaya yang begitu terang, namun Senin ini;
saat ruh Rasulullah ﷺ berpisah dari
jasadnya; dunia seakan menjadi gelap gulita.
Keesokan harinya, kaum muslimin menguatkan hati mereka untuk
menguburkan Rasulullah ﷺ di tempat beliau
diwafatkan, di kamar Aisyah. Beberapa sahabat yang bertugas menguburkan
Rasulullah ﷺ memaksa tangan mereka menutupi jasad mulia
itu dengan tanah, suasana kesedihan diselimuti oleh keheningan, hanya terdengar
suara isak tangis dan dentingan cangkul yang mengadu-ngadu, umat muslim saling
menasihati agar tidak menangis, namun mereka tak kuasa menahan air mata yang
semakin menghambur keluar dari kelopak mata, perlahan jasad yang mulia itu tertutup
rata dengan tanah.
Begitulah kisah seorang laki-laki yang begitu mulia, seorang figur
yang begitu dicintai oleh umatnya, yang akhlak dan sifatnya menjadi contoh bagi
seluruh umat manusia, yang kedatangannya menjadi pelita saat dunia gelap
gulita, dialah Muhammad Ibnu Abdillah, Rasul utusan Allah, kekasih Allah.
Wallau a’lam bisshowaab
Lucky Club Live: Live Casino - LuckyClub
BalasHapusLucky Club Live offers a wide variety of live casino games and you'll find it on luckyclub a number of platforms including. Lucky Club is one of the few